Puisi2 untuk ke Media
Februari
Berdiri Sepanjang Hari
Menari-nari Di Ruang Sepi
Ketukan mengelilingi kekeliruan ambisi
Hendak menyeringit tipis, menarik mata keatas dahi
Yang terpikat gemilau matahari disebrang sini
Tema: Horor
(Kayu keropos)
Tumpukan daun-daun rimbun
Telah menjadi lumut, lalu dilumat dan ditimbun
Menyisakan kayu-kayu keropos
Dilahap sangat boros
Serpihan darah tercecer kemana-mana
Entah me-merah karena serangga atau lebah
Sama saja kepingannya tidak akan bertambah
Walau sudah disisihkan dekat telaga merah
Satu-satunya pilihan telah ku habiskan
Mataku berbinar-binar menatap penuh kegelisahan
Lututku mulai turun bersama tubuhnya
Yang kian merasa pilu nerawangnya
Mungkin mataku mulai gelap
Rambu-rambu terasah senyap
Menggigil karena bau asap
Sukabumi, 2 Maret 2025
(Sudah diangkat)
Tunggu saja dia akan kembali membawanya
Tertinggal ditempat lamanya
Tersanjung irama dari mulutnya
Baru lah berbincang setengah saja
Aku hanya tumpang tanya
Sebelah mana bersemayam dia?
Tulang-tulang dilempar, berdatangan pemburunya
Heran! menyusun akar yang kusut
Bukan tak adanya dangdut
Sukabumi, 2 Maret 2025
(Di Rumah Mewah, Tapi Menyepi)
Kata sandinya cukup bawa buah labu
Bersama pisau untuk dipotong
Satu-satu menyerbu pintu ruang tunggu
Kalanya gula berhamburan dalam karung
Keras digigit padahal bukan batu karang
Tatapan tajam dibalik cermin
Luka-luka bakar menyayat sepanjang lengan
Hentakan mengangkat batin
Siapa-siapa yang punya?
Atau aku yang pura-pura
Sesungguhnya milik sepenuhnya
Erat mencari pengganti sekian lama
Terbaring kaku melihatnya
Saat memanggil namanya
Cukup rumit kekacauan setelahnya
Sama-sama lambat ceritanya
Sukabumi, 2 Maret 2025
(Wanginya Belum Pudar, Yang Berlumur Tanah)
Tenggelam sudah di halaman belakang
Sari-sari nya masih semerbak
Menjelajahi barang-barang antik
Terdengar petikan didekat lorong
Yang antri mengisi daftar hadir
Sambung mata yang risih
Caranya berpapasan cukup mengagetkan
Target yang sudah di tanam dengan sedih
Melerai warna-warni kelopak yang mekar tak jadi
Terus begini apa yang dilihat?
Lumuran tanah kering beri tanda
Katanya asin makanan yang dibuat
Sungguh terdiam melongo dibalkon tua
Beerdegup kencang mendemam
Rupa tak lagi rupa
Terukir kotak menjadi penjaganya
Sampai harus menunggu duka
Sukabumi, 2 Maret 2025
(Menyala-nyala Lalu Lebur)
Rempahnya melimpah di mata jalang
Kelabang yang menggerogoti tulang belulang
Kemarin aku menikam ikan yang sedang berpetualang
Di area kolam tak ada orang
Sanggup untuk bertahan
Lepas hanya menjadi senjata tuan
Membayang di tengah hutan
Mesti pulang harus bersuka riang
Caranya keterlaluan segala keinginan yang tak bertuan
Kain usang tertebar hangat, tapi sedikit terang.
Lampu menyala redup, habis tengah jadi abu
Dibakar bersama labu yang ku potong padahal batu
Akan berat mencari misi
Masih menjadi misteri
Sepanjang hari bertaut memori
Sudahi atau cukupi?
Sukabumi, 2 Maret 2025
Tema: Ibu
(Saat Ujian, ku Sebut Kau Dulu)
Sebuah pertanyaan dalam pelajaran
"Siapakah pahlawan dalam hidupmu?"
Jawabannya tidak memberikan pilihan
Tentu saja ku tuliskan ibu
Pelita dimasa sulitku
Sekadar kau tau, tidak ada yang cemburu
Aku menyebut namamu
Terukir sejak dulu dalam hatiku
Keberadaanku di dunia ini
Tak ada trauma menimpa pikirmu
Yang selalu menjadi priotitas
Segela resah yang mengganggu
Bu,,
Izinkan ku berbakti selalu
Untuk menemui jalan seperti yang ku mau
Walau ku tau, selalu akan ada luka-liku
Membuatku merasa malu dengan mudah menyerah slalu
Sukabumi, 4 Maret 2025
(Nasi Campur Garam Buatan Ibu)
Nak, hari ini tidak ada lauk pauknya,
Nasi yang masih dihangatkan di panci besar
Dibalut kain pengukusnya
Ku cari-cari lagi disetiap sudut dapur
Siapa tau ada sesuatu yang bisa di campur
Ku temukan kotak kecil berwarna putih berisi garam
Memandangi raut wajah yang terdiam
Dengan lembutnya kau meminta untuk menaburkan
Lalu mengaduknya, menjadi santapan dipagi buta
Mengasungkan suapan demi suapan
Sampai aku merasa kekenyangan
Kau selalu mengatakan;
Nanti saja aku makan setelah kau pergi
Lalu dengan percayanya ku anggukan kepala
Mencium tangan yang gemetar itu
Sukabumi, 4 Maret 2025
(Pelukan Yang Selalu Ku Rindukan)
Lelahmu tak pernah kau ceritakan
Namun, nada bicaramu memberi sedikit peluang
Kalau kau pun, butuh didengarkan
Dimana kau selalu tau, aku sedang merasa sedih
Lalu kau peluk begitu eratnya
Membuatku semakin deras oleh kehangatan tanganmu
Dan perlahan aku bercerita dipangkuanmu
Tak ada yang lebih baik
Luka, sedih, bingung kau tahan sendiri
Padahal aku pun bisa untuk kau mengerti
Setidaknya cerita hari ini
Sukabumi, 4 Maret 2025
Komentar