Postingan

Cerpen (Selembar Harapan, Menjadi Beberapa Halaman)

 Mengenang masa lalu tidak memberikan jaminan masa depan yang bahagia. Berada di titik kehilangan rasa percaya pada orang lain, perlu kehangatan kembali memelukku. Aku Alya, keterbatasan bicara dengan orang sangatlah hemat. Apalagi ketemu orang baru. Kalau bicara pun seperlunya. Tak heran jika mengenalku pendiam. Berhubungan dengan keramaian sangat aku hindari. Rasanya ingin berlari sekencangnya menuju tempat sepi. Dunia pendidikan memberikan ruang dan keberanian berhadapan dengan orang banyak. Memanggilku terus berusaha percaya diri. Kalau lagi kumpul, pastinya aku hanya mengangguk dan menjawab "iya" serta ikut tertawa. Rasa takut salah selalu menghantui pikiran, sehingga tanggapan itu ku pendam  saja. Impian besar mulai mengahampiri dalam benak, saat aku terjun dalam dunia menulis. Tanganku menggeledah ke dalam tas disisiku. Mataku  terbuka menarik alis ke atas. catatan di kertas terlipat kecil teringat aku menyimpannya di tas. Setiap sepuluh menit sebelum berangkat sek...

Puisi2 untuk ke Media

 Februari Berdiri Sepanjang Hari Menari-nari Di Ruang Sepi Ketukan mengelilingi kekeliruan ambisi Hendak menyeringit tipis, menarik mata keatas dahi Yang terpikat gemilau matahari disebrang sini Tema: Horor (Kayu keropos) Tumpukan daun-daun rimbun Telah menjadi lumut, lalu dilumat dan ditimbun Menyisakan kayu-kayu keropos Dilahap sangat boros Serpihan darah tercecer kemana-mana Entah me-merah karena serangga atau lebah Sama saja kepingannya tidak akan bertambah Walau sudah disisihkan dekat telaga merah Satu-satunya pilihan telah ku habiskan Mataku berbinar-binar menatap penuh kegelisahan Lututku mulai turun bersama tubuhnya Yang kian merasa pilu nerawangnya Mungkin mataku mulai gelap Rambu-rambu terasah senyap Menggigil karena bau asap Sukabumi, 2 Maret 2025 (Sudah diangkat) Tunggu saja dia akan kembali membawanya Tertinggal ditempat lamanya Tersanjung irama dari mulutnya Baru lah berbincang setengah saja   Aku hanya tumpang tanya  Sebelah mana bersemayam dia? Tulang-tula...

Puisi (Bukan Sekadar)

 Bukan Sekedar Diingat Berawal tipu daya yang tercium menyengat Gerombolan pengunjung membawa muslihat Tuan rumah tak lagi ramah dan sehat Saat perusak mendorong ketat Segala senjata segera diangkat Bertatap wajah penuh semangat Emosi membara dengan kuat Siap serangan dari udara, laut dan darat Tingkatan rasa cinta Dalam mengabdi untuk negara Tak hanya sekedar kata-kata Namun, perjuangan yang nyata Pertanyaannya, selesai kah sampai disini? Apapun situasi dan kondisi  Menyerah bukanlah solusi Harus berakhir tragis, untuk membela tanah air ~ Sudut Kamar, 8 November 2024

Puisi (Dipangkuan Terakhir)

  Nafas panjang telah berlalu Tiba suaramu menggelegar ditelingaku Cahaya kehidupan akan dimulai Penghuni asing yang gemulai Pandanganku teralihkan oleh wajah yang merona Senyum tipis yang mempesona Dengan mata terpejam lama Diatas pangkuan tangan yang masih menata Bertahun-tahun ku nantikan Melepas kesepian Bergadang sampai malam kata orang Merebut tidur panjang di ranjang Berulang di waktu senggang Beberapa menit kemudian Jantungmu berdegup kencang Air mata tak sanggup tertahan Segera alat-alat terpasang Pelukan erat mengelilingi tubuhku Mulut pun sesaat membisu Melihat mata yang terus menutup Satu kalimat terucap "Sudah tak ada lagi hidup" Duka mendalam Sakit yang bukan lebam Terbawa siang malam Berserah pada sang pencipta alam

Puisi (Seketika Lelahku Hilang)

 K u ketuk pintu untuk bertamu Menemui aroma bercampur satu Namun tak temu hangatnya jamu Pada rasa yang sama sepanjang waktu Isi kepala sudah semakin riuh Kucuran keringat melepuh Tandanya mulai lesuh Ingin mengakhiri hari itu Namun... Selalu ada bahu menunggu kepulanganku di kala hati merasa jenuh Sampai terbaring menutup mata penuh Ruang itu selalu ku rindukan Tangis, tawa begitu lepas Cuaca dingin pun menjadi hangat Hangat dalam kebersamaan Lalu ku lihat robekan kertas melayang Karena tiupan angin kencang Membawaku ke sebrang Itulah rumahku yang gemilang

Puisi tentang Kehilangan

Judul: Kau Pandai Sembunyikan Kala itu, tubuhmu kuat pulang pergi Lalu sempat aku tanya saat pagi Apakah setiap hari kau bahagia? Jawabanya tak sepanjang yang ku kira Lelah pun kau telan sendiri Berbagi takut menyakiti Berjuang menghidupi kami Tekanan yang silih berganti Permintaan selalu kau penuhi Jarang aku pergi sendiri Selalu ada yang menemani Sosok yang aku tekuni Ayah, kau terlalu kuat Mengantarkan ku untuk berlinang Sepanjang kau terbaring Hingga mata tertutup rapat Sudut kamar, 1 Juni 2024 Judul: Penantian Panjang Sejenak aku beristirahat Memandangi bintang yang gemerlap Diatas sofa yang memikat Hendak terlahap rayap Tubuh ini meringis Menahan sakit hingga menangis Secepatnya ke rumah sakit Tanpa basa-basi tindak operasi Tujuh  hari begitu cepat Ku cari, namun tak dapat Obat itu hanya dekapan sesaat Jeritan luka yang menyayat Bayangan merawatnya lenyap Lebur penantian tanpa sayap Kehadiranmu, tangismu selalu lewat Dalam pikiranku yang amat kacau Sudut kamar, 1 Juni 2024 Ju...

Terburu-buru

  Memenuhi sebuah keinginan yang terlalu dipkasakan membuat diri merasa lelah, bahkan sekalii pun udahh makan..hehe berasa kosong dan puyeng. Kalau lagi free kegiatan yaah ingett ada aja tugas yang belum selesai. Awal belajar menulis itu mengikuti event di organisasi, ikut kelas puisi bertahan tiga bulan. Target pengerjaan tugas jam 10.00 sampai jam 17.00. Berjam-jam merangkai kata agar menarik bahkan berkali-kali dihapus. Otak ku seperti tak terkontrol untuk menemukan kata yang sesuai. Ketika Mood tak bagus sulit berkata-kata apa ingin diutarakan. Seketika ku menyalakan musik untuk mencari inspirasi untuk tugas. Namun, ternyata belajar sendiri itu sangat menguras juga. Belajar itu butuh Partner untuk mendukung hobby atau aktifitas baru agar menjadi saling memberi kekuatan untuk terus konsisten. Motivasi muncul dari senior-senior, teman-teman membangkitkan semangat untuk terus menjadi lebih baik dan konsisten. Ada gak sih dari kalian kalau mau menuju tujuan itu ditengah j...