Cerpen (Selembar Harapan, Menjadi Beberapa Halaman)
Mengenang masa lalu tidak memberikan jaminan masa depan yang bahagia. Berada di titik kehilangan rasa percaya pada orang lain, perlu kehangatan kembali memelukku. Aku Alya, keterbatasan bicara dengan orang sangatlah hemat. Apalagi ketemu orang baru. Kalau bicara pun seperlunya. Tak heran jika mengenalku pendiam. Berhubungan dengan keramaian sangat aku hindari. Rasanya ingin berlari sekencangnya menuju tempat sepi. Dunia pendidikan memberikan ruang dan keberanian berhadapan dengan orang banyak. Memanggilku terus berusaha percaya diri. Kalau lagi kumpul, pastinya aku hanya mengangguk dan menjawab "iya" serta ikut tertawa. Rasa takut salah selalu menghantui pikiran, sehingga tanggapan itu ku pendam saja. Impian besar mulai mengahampiri dalam benak, saat aku terjun dalam dunia menulis. Tanganku menggeledah ke dalam tas disisiku. Mataku terbuka menarik alis ke atas. catatan di kertas terlipat kecil teringat aku menyimpannya di tas. Setiap sepuluh menit sebelum berangkat sek...